
“Lihatlah Rembulan yang terlihat penuh kebohongan itu, dia selalu menyembunyikan sisi gelapnya darimu. Dia hanya penuh pada sehari dan tidak sempurna di hari lainnya bahkan kadang dia tidak menunjukkan dirinya sama sekali”
Aku tidak tahu apakah matahari hanya mengujiku atau dia benar-benar membenci Rembulan. Aku diam sejenak,menundukkan wajahku pada Bumi yang tadinya gelap sekarang terang benderang oleh cahaya Matahari. Lalu aku sedikit tengadah dan berlahan kujawab :
“Aku tidak membencimu. Wahai Perkasa. Memang kau begitu sempurna dan kuat, tapi justru karena kesempurnaanmu aku tak sanggup untuk mengagumimu. Aku tidak sanggup memandang dirimu karena sinarmu membakar mataku, aku hanya dapat mengagumimu saat kamu beranjak ke tempat peristirahatanmu atau saat kabut menyelimuti dirimu.
Barkanlah aku tetap memandang Rembulan yang tidak selalu sempurna, karena seperti diriku, mungkin dia malu dengan sisi gelapnya saat seisi bumi memandangnya. Mungkin dia seperti diriku ; hanya bisa memberi sedikit cahayanya setelah dia menerima darimu. Tapi aku yakin dia memberi semua yang tersisa darinya setelah cahayamu memberinya kekuatan untuk selalu berusaha setia pada malam”
“Kamu mengganggu lamunanku, perkasa.. tinggalkanlah aku dan biarkanlah aku ditemani oleh Rembulan redup tadi”
Satu helaan nafas kemudian, tiba-tiba Bumi gelap kembali , Matahari lenyap dan Rembulan ada di tempatnya semula. Aku tersenyum dan sekilas kulihat Rembulan membalas senyumanku. Lalu aku kembali bercerita pada Purnama, cerita yang sama seperti malam sebelumnya cerita tentang Kekasihku.
Rabu,
Pukul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar